Rabu, 11 April 2012

Belajar Untuk Bersyukur


Hari ini perjalan ku cukup menarik juga.

Ha ha ha.. Siang tadi lebih lucu aku rasa, maklum gila aku kambuh lagi kalau sudah tengah hari, aku melanggar rambu rambu lalu lintas, pas lamu merah aku langsung laju terus tanpa berhenti, tak tahunya di depan ku ada Polisi 2 orang. Aku bingung dan cukup malu karena di liaht semua orang aku di tahan Polisi di jalan raya Mampang.

 

Polisi: Stop.

Aku pun secara sepontan sok PDKT.

Aku: Siang pak Polisi…

Salam ku dengan mengulurkan tangan kanan.

Polisi: Siang.. Tolong tunjukkan pak SIM dan STNK.

Aku pun sepontan mengeluarkan dompet ku dan mengambil SIM tersebut.

Aku: Ini, pak.

Tak tahunya uang aku Rp 10.000 hampir terjatuh dari tas ku.

Polisi: Uangnya pak, jatuh.

Aku: Oh ia pak, maaf, terima kasih.

 

 

Lalu.

Aku pun pura pura menelepon kakak aku, padahal tidak.

Ha ha ha… Aku orangnya memang jago bersandiwara.

Aku: Bang, di mana, aku di tahan oleh Polisi, di jalan Mampang, Abang bias menjemput aku sekarang.

Padahal henphone aku matiakan,dan aku seperti orang gila berbicara sendiri. Lalu aku pun menyambarin Polisi tersebut lagi.

 

Aku: Bagaimana ini pak, SIM saya sedang dalam proses, kemarin kakak saya semua yang mengurus.

Polisi: Memang kakak kamu siapa?

Aku: Oo.. Ia pak, kakak saya Marinir di Cilandak. Ya sudah pak, kita damai saja, pak.

Polisi: Tadi, ngebut, emangnya mau kemana?

Aku: Ia, mau kerumah sakit, makanya saya ngebut pak, sampai lamu merah pun saya tabrak. Ini saya pekerjaan saya, saya tinggal di kantor. Dalam hati aku, padahal tidak ada yang sakit, betus ngapai aku ke rumah sakit, padahal tidak ada yang sakit. Polisi bodoh.

Lalu.

Aku: Ya sudah pak, kita damai saja.

Polisi: Oke! Memang damai itu indah.

Lalu Polisi itu pun tersenyum ketika aku mengatakan damai.

Dan aku salamkan uang Rp 10.000 ketanganya.

Aku: Maaf pak, Cuma ini ada uang saya.

Polisi: Yang  Rp 20.000 itu saja.

Oooppsss… Ini Polisi nawar aku lagi. Ia tadi dia meliahat uang aku ada Rp 20.000 pak aku lagi mengeluarkan STNK tadi.Dalam hati ku berbicara.

Aku: Tolonglah pak, saya mau isi minyak motor saya lagi. Bukankah tolong menolong itu lebih baik? Jawab ku dengan wajah pura pura sedih.

Polisi: Okeylahkaloebegeto….

Polisi tersebut pun langsung mengantongi uang ku yang Rp 10.000 tersebut dan terus memberikan STNK ku.

 

Polisi: Sekali lagi hati hati.

Polisi tersebut pun menasehati ku. Dan dalam hati ku, anak kecil juga tau kale apa yang setiap loe ucapkan. Lol!

Aku: Oke, pak. Terima kasih sebelum dan sesudahnya, saya minta maaf, pak.

Aku pun langsung mengemudi motor dan sambil tertawa melihat Polisi bodoh tersebut.

Dalam hati ku berkata. Apa tidak malu polisi tersebut menerima uang ku sekecil itu. Aaacchh sudahlah kenapa harus aku bahas itu lagi, mungkin anak istrinya belum makan siang di rumah. Ha ha ha….

 

Sesampai di kantor aku pun duduk sejenak, tak berapa kemudian aku pun makan siang setelah itu aku shalat Dzuhur. Saat aku berjalan, ku lihat lelaki tua, sedang makan ubi rebus kuning, di sudut kamar mandi, aku melihatntnya, dia pun tertawa dan tersenyum meliat ku, dan aku pun ikut tersenyum.

Dalam hati ku berkata.

Aku: Ya Allaah.. Terima kasih untuk semuanya yang telah engkau berikan kepada ku, aku sangat beruntung punya tempat tinggal, makan yang lezat, punya sepeda motor, pekerjaan yang enak. Sementara lelaki tua itu, makan hanya cuma ubi kuning rebus, pekerjaan cuma menjahit sepatu keliling dengan jalan kaki. Ya Allaah.. Ampuni aku.

Doa ku dalam hati.

 

Lalu aku pun shalat Dzuhur dan berdoa, dan mengadu kepada Illahi, apa yang terjadi hari ini, setelah aku shalat, aku berniat untuk menyisihkan uang ku untuk lelaki tua itu, tadi pun aku dapat rezeki, aku di beri uang rokok dari nasabah ku, padahal aku tidak merokok, dan dari uang itu aku beikan lagi ke lelaki tua itu, dan lebihnya untuk Polisi yang tadi, dan lebihnya lagi untuk jajan ku.

 

Aku luruskan badan ini di masjid tersebut, dan aku pandangi lelaki tua itu saat shalat, dan setelah di shalat, aku lihat dia mengurut dan menyapu nyapu kedua kakinya. Dalam hati ku pun berbicara. Mungkin lelaki tua itu kelelahan berjalan kaki berkilo kilo meter hanya untuk sesuap nasi, sementara aku punya sepeda motor, tidak lelah untuk berjalan kaki, lalu aku pun melihat ke dua kaki ku, terima kasih ya Allaah, Engakau telah memberikan aku kesehatan sehingga bias berjalan seoerti sekarang ini.

 

Andai kata Ayah ku seperti lelaki tua ini, mungkin aku tidak bias membayangkan betapa sakitnya mencari uang tersebut.

Dan terkenang semua pesan dari Ibu ku.

Ibu: “Nak, harus banyak banyak bersyukur, berucap terima kasih, dan selalu berdoa, kepada Illahi, mereka yang di luar sana masih serba kekurangan, tidak seberuntung yang kamu rasakan sekarang ini.”

Itulah pesan Ibu ku, sewaktu aku masih kecil.

 

 

 

Tak berapa kemudian aku menghampiri lelaki tua itu.

Aku: Saya Fadli, saya tadi melihat kakek makan ubi kuning rebus, saya ada sedikit uang, mungkin ini bias untuk makan siang kakek hari ini, semoga bermanfaat.

Kakek: Astagfrullah… Apa ini nak?

Aku: Sudah. Pegang saja. Jawab ku.

Kakek: Terima kasih, nak, semoga Allaah membalas semua kebaikan mu, selalu sehat, selalu berkah, di terima amal ibadahnya dan selalu di lindungi Allaah..Aminn..

Aku: Amin… Terima kasih buat doa-nya kakek, kakek juga ya, Amin.

Kakek: Kamu dari mana?

Aku: Saya dari Sumatera Utara, tinggal di Cilandak, dan kantor saya dekat masjid ini. Ya sudah saya tinggal dulu ya, kakek, saya mau kerja lagi. Lalu ku peluk lelaki tua tersebut.

Kakek: Oooo ya, hati hati nak, berkah sehat, ya nak.

Aku: Iya. Lalu aku tinggalkan lelaki tua tersebut dan kembali ke kantor..

 

Begitu aku ingin menuju kantor, aku pun masih terbayang dengan kakek tua itu dan teringat pesan Ibu ku, penah semua pesan Ibu ku, sewaktu aku masih kecil, mereka yang di luar sana, tidak seberuntung yang aku punya seperti sekarang ini. Terima kasih Allaah. Ucap ku dalam hati. Mulai sekarang aku ingin lebih belajar lagi untuk mensyukuri apa yang ada, dan sibuk untuk bersyukur, apa yang telah Ibu pesankan pada ku, waktu ku masih kanak kanak.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar